- Back to Home »
- Sejarah Hari Valentine
Posted by : YODI SATRIA IMANI
Senin, 13 Februari 2012
Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya, terutama di Dunia Barat.
Asal muasalnya, konon hari Velentine adalah merupakan salah satu hari raya Katolik Roma. Hari raya ini sama sekali tidak diasosiasikan dengan “cinta yang romantis” seperti konsep “Hari Valentine” masa kini.
Sekarang ini hari Valentine terutama diasosiasikan dengan saling bertukar “pernyataan cinta romantis” dalam bentuk simbol modern Valentine antara lain sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sosok “Cupido-/-Dewi Asmara” (Inggris: cupid) bersayap.
Mulai abad ke-19, tradisi penulisan pernyataan cinta ini mendorong timbulnya produksi kartu ucapan secara massal. Asosiasi Kartu Ucapan AS (The Greeting Card Association) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar 1 milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari Valentine ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an , industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah hubungan serius. Sebenarnya hari Valentine itu merupakan hari cinta kasih, jadi bukan hanya cinta kepada pacar atau kekasih. Hari Valentine merupakan hari raya dalam soal cinta kasih namun bukan berarti selain hari Valentine tidak ada cinta kasih.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan cinta antar pacar pada hari Valentine yang dimpor dari AS ini mulai bermunculan. Budaya ini cenderung menjadi populer dan konsumtif karena perayaan hari valentine ini lebih banyak didorong oleh promosi para penjual barang-barang yang terkait dengan hari Valentine seperti kartu ucapan cinta, kotak coklat, perhiasan dan boneka di pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja). Hal ini terutama banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia yang marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan hari Valentine. Jadi sifatnya sudah sangat komersil tanpa disadari oleh para “penganut” hari Valentine bahwa mereka telah dimanfaatkan untuk dikeruk uangnya.
Sejarah nama Valentine (Valentinus)
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk 3 martir atau santo (orang suci) yang berbeda :
Seorang pastur di Roma
Seorang uskup Interamna (modern Terni)
Seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Hubungan antara ke 3 martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini. Namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam “Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus” dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian diletakkan dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja “Whitefriar Street Carmelite Church” di Dublin, Irlandia.. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi yang khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya Valentine ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya masih di pertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Hari Valentine pada era modern
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya (Inggris), negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worceste, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”).
Asal muasalnya, konon hari Velentine adalah merupakan salah satu hari raya Katolik Roma. Hari raya ini sama sekali tidak diasosiasikan dengan “cinta yang romantis” seperti konsep “Hari Valentine” masa kini.
Sekarang ini hari Valentine terutama diasosiasikan dengan saling bertukar “pernyataan cinta romantis” dalam bentuk simbol modern Valentine antara lain sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sosok “Cupido-/-Dewi Asmara” (Inggris: cupid) bersayap.
Mulai abad ke-19, tradisi penulisan pernyataan cinta ini mendorong timbulnya produksi kartu ucapan secara massal. Asosiasi Kartu Ucapan AS (The Greeting Card Association) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar 1 milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari Valentine ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an , industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah hubungan serius. Sebenarnya hari Valentine itu merupakan hari cinta kasih, jadi bukan hanya cinta kepada pacar atau kekasih. Hari Valentine merupakan hari raya dalam soal cinta kasih namun bukan berarti selain hari Valentine tidak ada cinta kasih.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan cinta antar pacar pada hari Valentine yang dimpor dari AS ini mulai bermunculan. Budaya ini cenderung menjadi populer dan konsumtif karena perayaan hari valentine ini lebih banyak didorong oleh promosi para penjual barang-barang yang terkait dengan hari Valentine seperti kartu ucapan cinta, kotak coklat, perhiasan dan boneka di pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja). Hal ini terutama banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia yang marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan hari Valentine. Jadi sifatnya sudah sangat komersil tanpa disadari oleh para “penganut” hari Valentine bahwa mereka telah dimanfaatkan untuk dikeruk uangnya.
Sejarah nama Valentine (Valentinus)
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk 3 martir atau santo (orang suci) yang berbeda :
Seorang pastur di Roma
Seorang uskup Interamna (modern Terni)
Seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Hubungan antara ke 3 martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini. Namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam “Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus” dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian diletakkan dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja “Whitefriar Street Carmelite Church” di Dublin, Irlandia.. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi yang khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya Valentine ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya masih di pertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Hari Valentine pada era modern
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya (Inggris), negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worceste, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”).
sumber: http://iwandahnial.wordpress.com/2009/02/08/sejarah-%E2%80%9Chari-valentine%E2%80%9D/